1. Sebagai pembatas arus primer
Contoh :
Perhatikan gambar dibawah ini :
Diketahui : V = 12 Volt ; I = 4 A
; R2 = 1,5 Ohm
Ditanya : R1 = ... Ω
Jawaban :
R = V / I maks = 12 / 4 = 3 Ω
R1 dan R2 dirangkaikan secara seri,
maka Rtotal = R1 + R2
Rtotal = R1 + R2
3 Ω = R1 + 1,5 Ω
R1 = 3 Ω - 1,5 Ω = 1,5 Ω
Kesimpulan dari perhitungan rumus
diatas ialah :
- Tahanan Rtotal adalah 3 Ω agar arus primer maksimumnya tidak boleh lebih dari 4 Ampere.
- Agar tahanan Rtotal adalah 3 Ω, maka harus dipasang tahanan balas resistornya (R1) sebesar 1,5 Ω jika pada saat melakukan pengukuran tahanan primer pada koil pengapian didapatkan tahanan primernya (R2) sebesar 1,5 Ω
- Jika pada sistem pengapian konvensional didapatkan (diukur) tahanan primer (R2) sebesar 3 Ω, maka tidak perlu dipasangkan tahanan balas resistor. Jika dipasang tahanan balas R1=1,5 Ω pada koil dengan tahanan primer R2 = 3 Ω, maka tahanan totalnya akan menjadi Rtotal = R1 + R2 = 1,5 Ω + 3 Ω = 4,5 Ω, maka arus primer akan menjadi kecil dan akan mengakibatkan pengapian yang lemah, mesin sulit hidup, tenaga kurang dan bahan bakar menjadi lebih boros.
I = V / R maks = 12 Volt / 4,5 Ω
= 2,67 Ampere (kurang dari 4 Ampere)
2. Mengurangi Panas Pada Koil
Pada koil pengapian yang dialiri
arus maka akan timbul panas akibat dari daya listrik. Daya panas pada koil
pengapian ini tergantung dari besarnya arus yang lewat dan tahanan primer pada
koil pengapian. Dengan menempatkan sebagian tahanan primer diluar koil
(terdapat pada tahanan ballast), sebagian panas yang seharusnya berada di dalam
koil akan pindah ke tahanan ballast resistor, sehingga panas koil akan
berkurang sehingga akan mencegah kerusakan koil lebih cepat akibat panas.
Perhatikan contoh perhitungan berikut ini.
Diketahui :
a. Kuat arus yang mengalir pada koil
pengapian I = 4 A
b. Tahanan primer pada koil
pengapian A (R2) = 1,5 Ω dan tahanan ballast ( R1 ) = 1,5 Ω
c. Tahanan primer pada koil pengapian
B (R2) = 3 Ω
Ditanya :
a. Daya panas pada koil pengapian
A ?
b. Daya panas pada tahanan
ballast resistor ?
c. Daya panas pada koil pengapian
B jika tahanan primer koil R2=3 Ω (tanpa tahanan balast) ?
Jawaban :
a. Daya panas koil A (rangkaian
dengan tahanan balast, karena R2 = 1,5 Ω) :
P koil A =I2 x R2 = 42 x 1,5 =
24 watt
b. Daya panas pada tahanan
ballast :
Pballast = I2 x R1 = 42 x 1,5 =
24 watt
c. Daya panas pada koil B
(rangkaian tanpa tahanan balast resistor, karena R2 = 3 Ω) :
P koil B= I2 x R2 = 42 x 3 = 48 watt
Kesimpulan :
Dengan kuat arus primer yang mengalir sama
(I) yaitu sebesar 4 Aampere, maka daya panas pada koil pengapian dengan tahanan
primer R2 sebesar 1,5 Ω (rangkaian dengan tahanan ballast resistor) akan lebih
kecil daripada daya panas pada koil pengapian dengan tahanan primer R2 sebesar
3 Ω (rangkaian tanpa tahanan ballast resistor). P koil A = 24 watt < P koil
B = 48 watt.
ane baru ngerti ini gan.. thanks ya.. nice artikel
ReplyDeleteoh jadi begitu yah kegunaanya.. thanks yah informasinya!
ReplyDeletethanks gan udh berbagi ilmunya
ReplyDeleteSelain untuk bidang Engineering, ini cocok juga ya untuk bidang Fisika. Lengkap dengan penjelasan, gambar, dan perhitungannya. Bagus kawan, lanjutkan terus!
ReplyDelete